Bahasa Arab Penghuni Surga

Bahasa Arab Penghuni Surga

Bahasa Nabi Muhammad

Bahasa Arab adalah bahasa yang paling dicintai Nabi Muhammad karena merupakan bahasa pertama yang diucapkan lidahnya, termasuk pula wahyu yang diterimanya dari Jibril yang turun dalam bahasa Arab. Tentu ini merupakan kemuliaan yang diberikan Allah pada bahasa Arab.

Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai identitas. Dalam berkomunikasi, bahasa menunjukkan siapa yang berbicara.

Dalam hal ini, bahasa Arab tidak hanya menunjukkan identitas orang Arab, tetapi Muslim pada umumnya pasti juga menggunakan bahasa Arab untuk hal tertentu, misalnya dalam berdoa atau mengekspresikan suatu peristiwa.

Selasa, 14 Jumadil Akhir 1446 H / 30 Maret 2010 12:54 wib

Termasuk Bahasa Universal

Bahasa Arab termasuk bahasa universal. Tanda keuniversalan bahasa Arab antara lain adalah sebagai berikut:

Memiliki kosakata yang lengkap. Banyak kata dalam bahasa Arab yang tidak memiliki padanan dengan bahasa lain.Memiliki kata mutiara dan peribahasa.Menjadi bahasa ekonomi, karena kekuatan ekonomi bangsa Arab membuat banyak negara harus menggunakan bahasa Arab.

Bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur'an, sehingga belajar bahasa Arab menjadi salah satu yang utama bagi umat Islam. Bahasa Al-Qur'an tak akan mungkin berubah karena Allah sendiri yang berjanji untuk memeliharanya.

Kombinasi Bahasa Kuno

Bahasa Arab adalah bahasa yang sangat kaya ragam. Bahasa Arab memiliki hubungan dan percampuran dengan bahasa-bahasa kuno non-Arab.

Hampir semua sejarawan sepakat bahwa bahasa Arab yang ada saat ini , pertama kali diucapkan oleh Ya'rub bin Faligh bin Qathan. Adapun bahasa nenek moyang Ya'rub bin Faligh bin Qahthan adalah bahasa Siryani (dari Abir hingga Syam bin Nuh AS). Teori inilah yang banyak disepakati oleh sejarawan mengenai sejarah munculnya bahasa Arab.

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!

Oleh Hasanatun Aliyah, Wartawan Kantor Berita MINA

Wanita sangat dimuliakan dalam agama Islam dan Allah Subhanallahu Wa Ta’ala memberikan kedudukan khusus sebagaimana kewajiban yang dibebankan kepadanya.

Dalam meneguhkan kedudukan tersebut, Allah ta’ala sampai menurunkan surat An-Nisa guna menjelaskan kepada umat manusia mengenai segala hal terkait wanita.

Muhammad Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam menyebut ada empat wanita mulia yang dijamin surga bahkan menyematkan sebagai penghuni surga terbaik.

Baca Juga: Di Balik Hijab, Ada Cinta

Pada buku Kisah-Kisah Indah Rasulullah Bersama Khadijah” karya Syaikh Mustofa Muhammad Abu Al-Ma’athi disebutkan bahwa Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu berkata “Rasulullah SAW pernah membuat 4 garis, kemudian beliau berkata, ‘Apakah kalian tahu garis apa ini?’ Para sahabat menjawab, ‘Allah dan Rasul-nya yang paling mengetahui.’ Kemudian Rasulullah berkata, “Wanita penghuni surga yang terbaik adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Maryam binti Imran, dan Aisyah binti Muzahim yang menjadi istri Fir’aun.”

Dalam riwayat yang lain, Dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik wanita di alam semesta sekaligus pemuka ahli surga ada empat. Mereka adalah Maryam binti Imran, Fatimah binti Rasulallah SAW, Khadijah binti Khawailid dan Asiyah, istri Firaun.” (HR. Muslim, Hakim, dan Ahmad).

Ada banyak wanita dalam sejarah Islam yang bisa dijadikan teladan bagi para muslimah, namun disini penulis hanya akan mengulas empat wanita mulia penghuni surga terbaik yang disebutkan oleh Rasulullah sebagaimana dalam hadits di atas.

1. Maryam binti Imran

Baca Juga: Menjadi Pemuda yang Terus Bertumbuh untuk Membebaskan Al-Aqsa

Maryam binti Imran lahir di Nashirah, Nazareth, Palestina dari rahim seorang ibu bernama Hannah binti Faqudha. Ayah Maryam bernama Ali Imran bin Matsan. Dari silsilah ayah, Maryam masih keturunan dari Nabi Daud Alaihissalam. Sementara ibu Maryam bernama Hannah binti Faqudha. Hannah adalah adik dari istri Nabi Zakaria. Sehingga Maryam adalah keponakan Nabi Zakaria alahissalam.

Keluarga Ali Imran menjadi salah satu yang terpilih, bahkan disematkan sebagai nama surat dalam Al-Quran oleh Allah SWT. Di kalangan masyarakat Bani Israil ketika itu, keluarga Imran sangat terpandang. Pernikahan Imran dengan Hannah lama tak kunjung dikarunia seorang anak. Karena keimanannya mereka tetap bersabar sambil terus berdoa agar mendapatkan keturunan yang salehah. Doa Hannah diabadikan dalam Al Quran surat Ali-Imran ayat 35 berikut ini:

Artinya; “(Ingatlah), ketika isteri Imran berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Allah SWT mengabulkan doa istri Ali Imran. Namun sayang sebelum sang anak lahir, Ali Imran sudah meninggal dunia. Tanpa didampingi sang suami, Hannah melahirkan seorang anak perempuan yang kemudian diberi nama Maryam. Hannah berdoa agar Allah SWT melindungi Maryam dan keturunannya dari godaan syaitan yang terkutuk.

Baca Juga: Muslimat Pilar Perubahan Sosial di Era Kini

Sesuai nazarnya, Hannah kemudian mengirimkan Maryam ke Baitul Maqdis. Setelah dilakukan musyawarah oleh masyarakat kala itu, pengasuhan Maryam akhirnya jatuh ke Nabi Zakaria sang paman.

Nabi Zakaria merawat Maryam di Baitul Maqdis. Di Baitul Maqdis, Maryam tinggal di tempat khusus. Dia menghabiskan waktu untuk beribadah kepada Allah SWT. Maryam merupakan satu-satunya perempuan yang namanya diabadikan menjadi nama surat dalam Al-Quran. Bahkan Allah menyebut nama Maryam sebanyak 30 kali. Salah satunya dalam Surat Al-Thahrim ayat 12.

Artinya: “Dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-Kitab-Nya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat.”

Karena itulah, Allah memilih Maryam untuk menjadi ibu dari Nabi Isa AS dengan tetap menjaga kesuciannya. Namun, karena kehamilannya terjadi tanpa seorang suami, cobaan dalam hidup Maryam pun menjadi tidak mudah. Keteguhan dan keimanan kepada Allah, kemuliaan Maryam ini pula yang menjadikan sosok wanita yang dijamin akan menghuni surga.

Baca Juga: Tujuh Peran Muslimah dalam Membela Palestina

2. Khadijah binti Khuwailid

Khadijah binti Khuwailid bin Assad bin Abdul Uzza bin Qushayyi bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Fihr bin Malik bin Al-Nadhar bin Kinanah. Nasabnya bertemu dengan nasab Nabi Muhammad pada Kakeknya Qushayyi. Ibunya bernama Fathimah binti Zaidan bin Jundab (Al-Asham) bin Hajr bin Ma’ish bin Amir bin Lu’ay.

Khadijah adalah seorang wanita mulia, pengusaha sukses di Kota Makkah, Arab Saudi dan saudagar kaya di masa itu. Sebelum menikah dengan Rasulullah, Khadijah sudah dua kali menikah. Kedua mantan suaminya tokoh dan pemuka masyarakat yaitu Atiq bin Aidz bin Abdullah Al-Makhzumi dan Abu Halah Al-Taimi (Hindun bin Zurarah).

Khadijah berasal dari nasab terhormat, serta berprinsip cerdas dan selalu menjaga kehormatannya. Sehingga Ia menolak banyak pinangan dari kaum Quraisy karena mereka hanya menginginkan hartanya dengan menikahi Khadijah adalah caranya.

Baca Juga: Muslimah dan Masjidil Aqsa, Sebuah Panggilan untuk Solidaritas

Namun ketika mengenal Nabi Muhammad, Khadijah menemukan sosok yang berbeda dibandingkan dengan lelaki dari kaumnya. Ia melihat nabi Muhammad sebagai sosok lelaki yang begitu menjaga diri dan kehormatannya.

Berbagai sumber mengatakan bahwa saat menikah dengan Muhammad, Khadijah telah berusia 40 tahun, sedangkan Nabi SAW masih 25 tahun. Khadijah adalah istri pertama Rasulullah SAW dan merupakan orang pertama yang masuk Islam. Khadijah sangat berperan aktif dalam perjalanan dakwah Rasulullah SAW. Bahkan, ia rela memberikan seluruh hartanya demi membantu sang suami menyebarkan ajaran Islam.

Dari pernikahannya bersama Nabi Muhammad SAW, Khadijah memiliki enam orang anak. Mereka adalah Qasim, Abdullah, Ruqayah, Ummu Kultsum, Zaenab, dan Fatimah.

Khadijah merupakan sosok ibu dan istri hebat yang setia menemani suaminya di kala orang-orang kafir dan musyrikin memusuhinya. Dia selalu menghibur suaminya di kala sedih dan mendukung suaminya di kala letih. Karena sumbangsihnya yang begitu agung terhadap Islam, beliau dijamin masuk surga.

Baca Juga: Penting untuk Muslimah, Hindari Tasyabbuh

3. Fathimah binti Muhammad

Fatimah Az-Zahra binti Rasulullah SAW. Putri Rasulullah dari pernikahan dengan Khadijah. Ia merupakan putri yang sangat taat dan patuh kepada orangtuanya. Fatimah juga dikenal memiliki kecantikan serta kepribadian yang baik, sabar, lembut hati, dan penyayang. Namanya pun memiliki arti ‘Fatimah yang selalu berseri’.

Meskipun ayahnya seorang pedagang kaya, Fatimah tidak dibesarkan dalam fasilitas keduniawian, melainkan dalam kancah perjuangan fisabilillah. Setelah Khadijah meninggal dunia, Fatimah banyak berperan menggantikan sosoknya.

Putri dari Nabi Muhammad SAW ini, menikah dengan sepupunya, Ali bin Abi Thalib yang merupakan putra dari ABu Thalib. Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai dua orang anak bernama Hassan dan Hussain.

Baca Juga: Peran Muslimat dalam Menjaga Kesatuan Umat

Fatimah bahkan pernah membersihkan punggung ayahnya, Rasulullah dari kotoran bangkai hewan yang diletakkan orang kafir Quraisy. Ia jugalah yang selalu menghibur ayahnya saat beliau menghadapi tekanan-tekanan dari kaum Quraisy.

Fathimah salah satu anak perempuan Rasulullah yang dipilih Allah ta’la sebagai salah satu wanita ahli surga.

4. Asiyah Istri Fir’aun

Asiyah binti Muzahim bin ‘Ubaid. Asiyah merupakan istri dari Fir’aun. Meskipun dia memiliki suami yang mengaku sebagai Tuhan, dia mempercayai ajaran Nabi Musa AS.

Baca Juga: Derita Ibu Hamil di Gaza Utara

Setelah mengetahui keimanannya kepada ajaran Nabi Musa AS, Siti Asiyah harus menanggung siksaan pedih dari suaminya sendiri.

Bermacam-macam siksaan harus Siti Asiyah hadapi, tetapi dia tetap mempertahankan keyakinannya. Hingga akhirnya Siti Asyiah meninggal dalam keadaan tersenyum setelah mendapatkan siksaan hebat dari Firaun. Keteguhan Asiyah ini pun diabadikan oleh Allah dalam surat At-Tahrim ayat 11.

Artinya: “Dan Allah membuat isteri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: “Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.”

Keteguhan inilah yang menjadikan Asiyah tercatat sebagai wanita mukmin yang mendapatkan jaminan surga.

Baca Juga: Kiat Menjadi Muslimah Penuh Percaya Diri

Demikianlah empat wanita mulia penghuni surga terbaik, semoga dengan mengetahui kisah-kisahnya dapat kita jadikan pelajaran dan menjadikannya sebagai sosok wanita panutan dalam hidup. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Fitnah Medsos yang Perlu Diwaspadai Muslimah

1. Wanita muslim yang menegakkan sholat wajib lima waktu. Hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah SAW.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyatakan:

Keutamaan Bahasa Arab

Dikutip dari buku Khazanah Bahasa Arab: Sebuah Tinjauan Bahasa Arab dari Berbagai Dimensi dan Sudut Pandang oleh Muhammad Farih, berikut keutamaan bahasa Arab:

Termasuk Rumpun Bahasa Semit

Dikemukakan oleh Schlazer, seorang tokoh orientalis. Teori itu diambil dari tabel pembagian bangsa-bangsa di dunia yang terdapat dalam kitab Perjanjian Lama.

Tabel tersebut menggambarkan bahwa setelah banjir Nabi Nuh AS, semua bangsa di dunia berasal dari tiga orang putra Nabi Nuh AS, yaitu Syam, Ham, dan Yafis. Nama Semit diambil dari nama Syam, yaitu putra Nabi Nuh AS yang tertua. Sayangnya teori ini juga kurang kuat karena dalam Perjanjian Lama hanya membagi bangsa berdasarkan pertimbangan politik dan geografis, tidak membahas bahasa.

Asal Usul Bahasa Arab

Merangkum buku Sejarah Peradaban Islam Terlengkap karya Rizem Aizid disebutkan beberapa keistimewaan bahasa Arab. Bahasa Arab merupakan bahasa yang istimewa.

Bahasa Arab digunakan Allah SWT untuk berbicara kepada umat manusia lewat Al-Qur'an. Padahal Al-Qur'an merupakan kitab yang bukan hanya ditujukan kepada bangsa Arab melainkan kepada umat manusia di seluruh dunia sepanjang masa.

Al-Qur'an dan hadits menggambarkan tentang kehidupan di surga. Ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa penduduk surga berkomunikasi dengan bahasa Arab. Benarkah?

Bahasa Penduduk Surga

Diriwayatkan oleh Thabrani, Nabi Muhammad SAW bersabda "Aku mencintai Arab karena tiga hal. Karena aku orang Arab, Alquran berbahasa Arab dan Bahasa Arab adalah bahasa surga."

Dalam buku Inilah Surga oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dan Ibnu Abi Dunya, disebutkan Harun bin Sufyan menuturkan, Muhammad bin Umar mengabarkan kepada kami, Abdurrahman bin Abdil Aziz mengabarkan kepada kami, ia berkata, "Aku bertanya kepada Az Zuhri tentang bahasa para penduduk surga. Ia menjawab, "Telah sampai kabar kepadaku bahwa bahasa penduduk surga adalah bahasa Arab."

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meskipun demikian, Ibnu Taimiyah dalam Majmu Fatawa, mengatakan tidak ada keterangan dari hadits atau nash Al-Qur'an tentang bahasa surga dan neraka.

Dalam Musnad Firdaus ad-Dalimi, riwayat tentang bahasa Arab yang tertinggi derajatnya hanya sampai mauquf ke Umar bin Khattab.

Dikatakan bahwa "Pelajarilah Bahasa Arab karena ia adalah separuh dari agamamu." Artinya, memang dianjurkan agar umat Islam tetap mempelajari bahasa Arab.

Siapakah Suami bagi Wanita Penghuni Surga?

Ustadz, teman ana bertanya sbb: Seorang istri mendapat syafaat dari suaminya –misalnya ibadah jihad– jika suaminya memilih bidadari surga sebagai istrinya, apakah istrinya yang di dunia akan menjadi istrinya di syurga, atau istrinya menikah dengan bidadara syurga? Bagaimana jawabannya? Wassalamu'alaikum,Ummi, bekasiJAWABAN: Alhamdulillah washolaatu wassalamu 'alaa Rasulillah waba'du,Ummi di Bekasi, karena pertanyaan ini berkaitan dengan aqidah, maka kami akan menjawab dengan menukil fatwa ulama.

Syaikh Utsaimin rahimahullah berkata, bahwa Allah Azza wa Jalla hanya menyebutkan istri bagi suami (dalam surga) karena suami biasanya yang mencari dan dialah yang menginginkan terhadap wanita, oleh karena itu disebutkan istri-istri bagi para pria di dalam surga dan tidak disebutkan suami-suami bagi kaum wanita. Akan tetapi hal itu tidak bermakna mereka wanita tidak mendapatkan suami, namun mereka memiliki suami dari bangsa manusia.Wanita di dunia tidak terlepas dari keadaan-keadaan berikut yaitu: 1. Apabila wanita tersebut meninggal sebelum menikah yakni masih perawan,maka di surga kelak Allah Azza wa Jalla akan menikahkan wanita tersebut dengan dengan seorang laki dari penduduk bumi berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:

عن محمد قال‏:‏ اما تفاخروا واما تذاكروا‏:‏ الرجال في الجنة اكثر ام النساء‏؟‏ فقال ابو هريرة‏:‏ او لم يقل ابو القاسم صلى الله عليه وسلم ‏"‏ان اول زمرة تدخل الجنة على صورة القمر ليلة البدر‏.‏ والتي تليها على اضوا كوكب دري في السماء‏.‏ لكل امرئ منهم زوجتان اثنتان‏.‏ يرى مخ سوقهما من وراء اللحم‏.‏ وما في الجنة  أعزب‏؟‏‏"‏

Dari Muhammad berkata: “Apakah mereka saling berbangga atau saling mengingatkan: kaum laki di surga lebih banyak atau wanita? Maka Abu Hurairah berkata: Bukankah Abul Qasim shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya kelompok pertama yang masuk surga menyerupai bentuk bulan purnama, kemudian yang berikutnya secerah cahaya bintang di langit, setiap orang di sana memiliki dua orang istri, di mana dia dapat melihat sumsum mereka dari balik dagingnya. Dan di surga tidak ada bujangan” (HR Muslim No. 5062 Juz: 13 hal: 467, Maktabah Syamilah).Syaikh Utsaimin berkata: “Apabila wanita tersebut belum pernah menikah di dunia maka Allah akan menikahkannya dengan laki-laki yang disukainya di surga. Karena kenikmatan di surga tidak hanya terbatas untuk kaum laki saja, namun juga untuk kaum laki dan wanita, di mana yang termasuk kenikmatan: adalah menikah.2. Kondisi nomor satu di atas juga berlaku bagi wanita yang meninggal namun bercerai.3. Kondisi nomor satu di atas berlaku pula bagi wanita yang suaminya bukan termasuk penghuni surga.Syaikh Utsaimin berkata: “Apabila wanita tersebut termasuk ahli surga dan belum menikah, atau suaminya bukan termasuk ahli surga, maka apabila dia masuk surga maka di surga ada kaum laki-laki yang belum menikah sebelumnya, maka dia menikah dengan salah satu wanita tersebut.4. Adapun wanita yang meninggal setelah menikah –dia termasuk ahli surga– maka dia menikah dengan mantan suaminya di dunia.5. Adapun wanita yang suaminya meninggal lalu dia tidak menikah lagi setelah itu sampai dia meninggal maka wanita itu menjadi istrinya di surga.6. Adapun wanita yang suaminya meninggal lalu dia menikah lagi sesudahnya maka wanita tadi menjadi istri bagi suaminya yang terakhir meskipun wanita tadi sudah berkali-kali menikah, maka sesuai dengan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:

عن ميمون بن مهران قال : خطب معاوية رضي الله عنه أم الدرداء ، فأبت أن تزوجه و قالت : سمعت أبا الدرداء يقول : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " المرأة في آخر أزواجها أو قال : لآخر أزواجها " أو كما قالت - و لست أريد بأبي الدرداء بدلا ) ( سلسلة الأحاديث الصحيحة للألباني).

Dari Maimun bin Mihran berkata: Mu’awiyah radhiyallahu anhu melamar istri Abu Darda’, namun dia tidak menerimanya dan berkata: Aku mendengar Abu Darda’ berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Wanita bersama suaminya yang terakhir,” dia berkata: dan aku tidak ingin pengganti untuk Abu Darda’ (hadits shahih dikeluarkan oleh Abu Ali Al-Harrani Al-Qusyairi dalam Tarikhul Riqqah (2/39/3) Silsilah Ahadits Shahihah karangan Syaikh Albani 3/25). Juga berdasarkan perkataan Hudzaifah radhiyallahu anhu kepada istrinya:

عن حذيفة – رضي الله عنه – لامرأته : ( إن شئت أن تكوني زوجتي في الجنة فلا تزوجي بعدي فإنالمرأة في الجنة لآخر أزواجها في الدنيا فلذلك حرم الله على أزواج النبي أن ينكحن بعده لأنهن أزواجه في الجنة)).أخرجه البيهقي في السنن

Dari Hudzaifah radhiyallahu anhu berkata kepada istrinya: “Jika kamu ingin menjadi istriku di surga maka jangan menikah lagi sesudahku: karena wanita di surga bersama suaminya yang terakhir di dunia oleh karena itu Allah mengharamkan kepada istri-istri Nabi untuk menikah lagi sesudahnya karena mereka adalah istri-istri Beliau di surga,” (dikeluarkan oleh Al Baihaqi dalam Sunannya (7/69-70).

Permasalahan: Sebagian mungkin berkata: bahwa dalam doa jenazah kita mengucapkan: "Dan gantilah untuknya suami yang lebih baik dari suaminya." Tapi apabila dia menikah, bagaimana kita mendoakannya sedangkan kita tahu bahwa suaminya di dunia adalah suaminya di surga dan apabila dia belum menikah maka di mana suaminya?

Jawabannya: Sebagaimana dikatakan Syaikh Utsaimin rahimahullah: Jika dia belum pernah menikah maka yang dimaksud yang lebih baik dari suaminya adalah suami yang telah ditentukan untuknya jika dia masih hidup, adapun jika dia pernah menikah maka yang dimaksudkan yang lebih baik dari suaminya yakni lebih baik dalam sifatnya di dunia karena pergantian adalah dengan mengganti zatnya sebagaimana jika kita menukar seekor kambing dengan unta misalnya, begitu juga dengan menggantikan sifatnya sebagaimana seandainya saya berkata kepada anda (semoga Allah mengganti kekufuran orang ini dengan keimanan, begitu pula seperti dalam firman Allah Ta’ala:

ويوم تبدل الأرض غير الأرض والسماوات

"(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa" (Qs. Ibrahim 48).Maksudnya buminya tetap bumi yang sama, akan tetapi dibentangkan dan langit pun tetap langit yang sama akan tetapi dibelah. Wallahu a’lam bis-shawab. [abu roidah/voa-islam.com]

Baca artikel terkait:

Apakah Kenikmatan Wanita Ahli Surga Berbeda dengan Pria Ahli Surga?

Anda mungkin ingin melihat